DEBAT PUBLIK CALON WALI KOTA DAN WAKIL WALI KOTA TOMOHON |
Janji-janji kampanye dari para Pasangan Calon (Paslon) Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tomohon, pada tahapan Pilkada 2024, telah menjadi perbincangan hangat diberbagai elemen masyarakat. Di tengah harapan yang tinggi untuk perubahan, masyarakat Kota Tomohon perlu menilai dengan cermat, apakah janji-janji ini realistis untuk direalisasikan atau hanya sekedar retorika untuk menarik suara.
Untuk menilai apakah janji kampanye bisa direalisasikan atau hanya sekedar “jual kecap”1, masyarakat Tomohon perlu melihat rekam jejak dan komitmen nyata dari para Pasangan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tomohon. Program yang terdengar menarik sering kali tidak terwujud karena keterbatasan anggaran, kurangnya perencanaan yang matang, atau tantangan birokrasi.
Oleh karena itu, sangat penting bagi masyarakat pemilih untuk menggali lebih dalam tentang bagaimana para Pasangan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tomohon berencana untuk mewujudkan janji-janji mereka. Pemilih juga perlu kritis terhadap janji yang terlalu muluk tanpa ada landasan yang jelas. Hanya melalui transparansi dan akuntabilitas, masyarakat Tomohon bisa memastikan bahwa janji kampanye benar-benar direalisasikan.
Diharapkan masyarakat Tomohon dapat lebih kritis dan bijak dalam memilih pemimpin yang benar-benar mampu mewujudkan janji-janji kampanye mereka.
Diketahui, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Tomohon telah menggelar Debat Publik Kedua Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tomohon, Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024. Sedangkan Debat publik pertama, telah digelar, Selasa, 08 Oktkober 2024. Debat publik pertama dan kedua dilangsungkan di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Tomohon.
Debat kedua yang berlangsung, Kamis, 24 Oktober 2024, mengangkat tema Ketahanan Sosial, Pelestarian Budaya, Pengelolaan Sumber Daya Alam, Hortikultura, Pelestarian Lingkungan, dan Perubahan Iklim, menjadi fokus.
Tema-tema ini penting, namun masyarakat patut bertanya, apakah janji-janji terkait tema tersebut bisa diwujudkan?
Ketahanan Sosial
Mampukah meningkatkan kesejahteraan masyarakat?
Salah satu janji yang sering terdengar adalah peningkatan kesejahteraan melalui program sosial dan ekonomi yang inklusif.
Kenyataannya, ketahanan sosial membutuhkan perencanaan jangka panjang, dukungan anggaran, serta koordinasi yang baik antara pemerintah pusat dan daerah. Jika janji-janji ini tidak disertai dengan strategi yang jelas dan sumber daya yang memadai, ada kemungkinan janji tersebut hanya menjadi retorika tanpa realisasi.
Pelestarian Budaya
Antara janji dan tindakan nyata
Tomohon dikenal dengan kekayaan budayanya yang unik. Pelestarian budaya sering menjadi janji para Pasangan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tomohon. Namun, pelestarian budaya memerlukan perhatian lebih dan membutuhkan upaya berkelanjutan.
Jika janji hanya berputar pada retorika dan tidak ada dukungan konkret dari pemerintah daerah untuk mengembangkan kebijakan berbasis budaya, masyarakat mungkin tidak akan melihat perbedaan signifikan dalam aspek ini.
Pengelolaan Sumber Daya Alam
Antara janji dan tantangan
Isu pengelolaan sumber daya alam sering kali digunakan untuk menarik simpati, terutama di daerah yang kaya akan potensi alam seperti Tomohon. Para Pasangan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tomohon sering berjanji untuk menjaga lingkungan sekaligus memaksimalkan potensi ekonomi dari sumber daya alam, seperti Panas Bumi Lahendong (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Lahendong oleh PT PLN dan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Lahendong).
Pengelolaan yang berkelanjutan tentunya membutuhkan komitmen serius dalam berbagai aspek seperti mengelola sumber daya hutan dan air, mengurangi eksploitasi berlebihan serta mengintegrasikan prinsip ekonomi hijau.
Jika janji ini tidak diimbangi dengan kebijakan konkret yang dapat menyeimbangkan kepentingan ekonomi dan pelestarian alam, maka janji tersebut mungkin tidak lebih dari sekadar “jual kecap”.
Hortikultura
Apa langkah konkret yang ditawarkan?
Tomohon sudah terkenal dengan sektor hortikulturanya, terutama bunga dan tanaman hias serta sayur mayur. Para Pasangan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tomohon perlu memberikan janji yang realistis terkait pengembangan sektor ini. Beberapa janji yang kerap muncul adalah:
Peningkatan ekspor tanaman hortikultura
Penguatan ekonomi lokal melalui inovasi pertanian
Meski terdengar menjanjikan, tanpa program-program yang jelas terkait pendidikan pertanian, teknologi, dan akses pasar yang lebih luas, janji ini sulit diwujudkan. Selain itu, para petani juga memerlukan dukungan dari pemerintah dalam hal subsidi dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi.
Pelestarian Lingkungan
Janji yang sulit direalisasikan?
Dalam setiap kampanye, isu lingkungan menjadi salah satu topik hangat. Namun, sayangnya, sering kali pelestarian lingkungan hanya menjadi slogan tanpa tindak lanjut yang nyata. Misalnya, janji:
Persoalan alih fungsi lahan
Mengurangi sampah dan polusi
Memperbanyak ruang terbuka hijau
Melindungi kawasan hutan
Realitasnya, pemerintah daerah sering terkendala dengan masalah anggaran dan keterbatasan regulasi. Tanpa langkah yang jelas dan keberanian untuk menerapkan kebijakan tegas, janji-janji ini akan sulit direalisasikan. Hal ini sering kali menjadi salah satu janji yang tidak tercapai dari waktu ke waktu.
Perubahan Iklim
Bagaimana keseriusannya?
Janji untuk mengatasi perubahan iklim sangat relevan, tetapi juga sangat ambisius. Namun, masalah perubahan iklim membutuhkan komitmen jangka panjang dan koordinasi lintas sektor. Di tingkat lokal, realisasi janji ini tidak hanya bergantung pada kemauan politik, tetapi juga dukungan dari sektor swasta dan masyarakat umum.
***
- “Jual kecap” ↩︎
Istilah “jual kecap” dalam konteks percakapan sehari-hari, terutama dalam politik atau bisnis, adalah kiasan yang merujuk pada pernyataan atau janji yang melebih-lebihkan kualitas, kemampuan, atau potensi sesuatu, tetapi belum tentu bisa dibuktikan atau direalisasikan.
Frasa ini sering dipakai untuk menggambarkan situasi di mana seseorang atau pihak tertentu membuat janji atau promosi yang tampak sangat menguntungkan atau menggiurkan, namun kenyataannya tidak sesuai dengan klaim tersebut. Frasa ini terinspirasi dari iklan-iklan produk yang sering kali menonjolkan keunggulan produk (seperti kecap) secara berlebihan untuk menarik konsumen.
Dalam dunia politik, “jual kecap” bisa berarti ketika seorang calon pemimpin membuat janji-janji kampanye yang tidak realistis atau berlebihan demi mendapatkan suara, namun ketika terpilih, janji-janji tersebut sulit diwujudkan atau bahkan dilupakan.
Penulis: REPORTASE.online
0 Komentar