Musim Kemarau di Tomohon

Dampak dan Upaya Mitigasi

lahan_pertanian_kakaskasen

Lahan pertanian di wilayah Kakaskasen, Tomohon Utara, dengan latar Gunung Lokon. (foto: dorang)

MUSIM kemarau saat ini sedang melanda daerah-daerah di Sulawesi Utara (Sulut), salah satunya Kota Tomohon. Dampak dari kemarau berkepanjangan ini terjadinya kekeringan tanaman (tumbuhan dan pepohonan) yang berpotensi kebakaran hutan dan lahan, berkurangnya air bersih/air minum juga terjadinya peningkatan suhu udara (terasa sangat panas), serta terjadinya gangguan kesehatan masyarakat.

Suhu udara di Tomohon diperkirakan dapat mencapai 35 derajat Celcius pada siang hari, atau rata-rata berkisar antara 28-33 derajat celcius. Masyarakat yang tinggal di Kota Tomohon sangat merasakan terjadinya peningkatan suhu udara, kelembaban udara rendah, dibawah 60 persen. Panas menyengat ini dapat menyebabkan dehidrasi, kelelahan dan peningkatan penularan penyakit, seperti malaria, demam berdarah, diare dan lain-lain.

Tomohon yang dikenal kota dingin, kota sejuk, kini terasa sangat panas. Sumber-sumber air bersih/minum debitnya berkurang. Kini, konsumen air PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) juga mengeluhkan pasokan air dari perusahaan milik pemerintah (BUMD=Badan Usaha Milik Daerah) itu. Sebab air kerap tidak mengalir di kran-kran rumah penduduk, jikapun mengalir hanya sedikit terkadang hanya menetes.

Curah hujan yang berkurang otomatis memberikan dampak besar pada para petani. Mereka sulit mendapatkan air, sehingga dapat menyebabkan kerusakan tanaman pertanian (padi, jagung, hortikultura/florikultura dan lain-lain), yang berakibat terjadinya gagal panen.

Harus diwaspadai juga pada musim kemarau berkepanjangan ini, terjadinya kebakaran rumah serta kebakaran hutan dan lahan. Masyarakat harus waspada. Kebakaran rumah, hutan dan lahan, dapat menimbulkan korban jiwa, kerugian materiil selain kerusakan lingkungan hingga terjadinya polusi udara.

Mengantisipasi dampak-dampak yang ditimbulkan di musim kemarau ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Kota Tomohon diharapkan segera menyusun rencana aksi mitigasi, dengan membentuk posko koordinasi dan pengaduan, membangun embung dan kolam retensi untuk menampung air hujan, melakukan penanaman pohon untuk mencegah terjadinya erosi dan kekeringan lahan, serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran lahan, melakukan patroli rutin untuk mencegah kebakaran, mendistribusikan bantuan air bersih dan membangun sumur bor untuk menyediakan air bersih bagi warganya.

Mendukung upaya pemerintah, masyarakat juga dapat melakukan upaya mitigasi sendiri, dengan menghemat air bersih, tidak melakukan pembakaran lahan, menjaga kebersihan lingkungan guna mencegah kebakaran hutan dan lahan hingga melakukan penanaman pohon untuk mencegah erosi dan kekeringan.

Sinergitas antara pemerintah dan masyarakat serta stakeholder lainnya, diharapkan dampak musim kemarau dapat diminimalisir. ***

0 Komentar